Selasa, 19 April 2016

ANEMIA BUMIL BY SUCI AR



ANEMIA PADA IBU HAMIL
PAnemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.Kurang gizi( malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Hb 11 gr% : Tidak anemia
2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN
          Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia.  Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.  Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.  Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002).  Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.2
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.1
 ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN1
          Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu :
  1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
  2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
  3. Kurangnya zat besi dalam makanan
  4. Kebutuhan zat besi meningkat
  5. Gangguan pencernaan dan absorbsi

Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, antara lain :
  1. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar
  2. Pendarahan akut
  3. Pendidikan rendah
  4. Pekerja berat
  5. Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir
  6. Makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi.
 DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL
          Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.  Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atoni), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infek­si dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian peri­natal, dan lain-lain).1
 FUNGSI Fe/ZAT BESI  
          Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan tubuh.3
 KEBUTUHAN Fe/ZAT BESI PADA MASA KEHAMILAN
          Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.  Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.  Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.  Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi.  Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari.  Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).2
Sumber lain mengatakan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.4
Besarnya angka kejadia anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. 4Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.1
Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam serum.4
 PEMBERIAN TABLET Fe UNTUK MENCEGAH ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat  atau Na-fero bisirat.  Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan.  Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).2
 PENELITIAN PEMBERIAN ASUPAN 90 TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI UNIVERSITAS UDAYANA
Tujuan
          Untuk mengetahui efek 90 tablet suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat  pertablet saat hamil terhadap kejadian anemia dan status besi pada ibu hamil.

Materi dan Metode
          Suatu pelitian quasi-experimental dengan rancangan pretest-posttest dilakukan pada 65 ibu hamil dengan umur kehamilan kurang dari 24 minggu, tidak memiliki riwayat hemorhoid, batuk darah, tukang lambung dan penyakit darah lainnya di wilayah puskesmas Abiansemal Badung. Bahan perlakuan berupa tablet besi dengan kandungan 200 mg Ferus Sulfat (setara dengan 60 mg elemen besi) dan 0,25 mg asam folat. Tablet besi diberikan dengan dosis satu tablet perhari dan diberikan selama 13 minggu. Kadar Hb, MCV, MCH, dan MCHC diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan proporsi anemia, kadar MCV < 80 mm3, MCH < 27 pg/sel, dan MCHC < 30 g/dl antara sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan uji t dan uji Z dengan tingkat kemaknaan 5%.
Hasil
Sekitar 76,93% ibu hamil mengalami defisiensi besi dengan MCH < 27 pg/sel dan 35,28% menderita anemia (Hb < 11 g/dl) sebelum diberikan suplemen besi. Setelah diberikan suplemen besi sebanyak 90 tablet selama 13 minggu, ibu hamil dengan MCH < 27 pg/sel menurun dari 76,93% menjadi 27,43% dan kejadian anemia menurun dari 35,28% menjadi 9,35%. Secara kuantitatif, rerata Hb, MCH dan MCH juga meningkat secara bermakna (p < 0,05) setelah mendapat suplemen besi, sebaliknya MCV tidak berubah (p > 0,05). Akan tetapi, pada akhir perlakuan masih terdapat sekitar 27% ibu hamil mengalami defisiensi besi dan 9% masih anemia.
















KESIMPULAN

1.      Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing.
2.        Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari ¾ ibu hamil mengalami defisiensi besi dan lebih dari 1/3 mengalami anemia. Pemberian suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka amenia serta meningkatkan status besi ibu hamil, tetapi 1/3 dari mereka masih menderita defisiensi besi dan 9% masih anemia. Oleh kerena itu, adalah sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-maternal supaya cadangan besi pada saat hamil cukup memadai.











TERIMA KASIH!!!!!!!!!
SEMOGA BERMANFAAT JJ



MAKALAH PMS BY CIYAMI



MAKALAH
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL




OLEH :

SUCI AULIA RAHMI
14211582











STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AKADEMIK 2015 / 2016













BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara ora-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi apat juga pada daerah – daerah ekstra genital.
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, tetapi ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat – alat, handuk, termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga dapat menularkan penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.
Pada waktu dulu penyakit kelamin di kenal sebagai Veneral Diseases yang berasal dari kata venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale.
Ternyata pada akhir – akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebakan oleh perbaikan sarana dan teknik laboratorium dan penemuan beberapa jenis penyaki secara epidemi seperti herpes genetalis dan hepatitis B.
Oleh karena itu istilah V.D makin lama makin di tinggalkan dan di oerkenalkan istilah Sexually Transmitted Diseases (S.T.D) yang berarti penyakit – penyakit yang dapat di tularkan melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk penyakit ini adalah kelima penyakit V.D. tersebut di tambah berbagai lain yang tidak masuk V.D istilah S.T.D. ini diindonesiakan menjadi P.M.S. (Penyakit Menular Seksual), ada pula yang menyebutnya P.H.S. (penyakit hubungan seksual). Sehubungan P.M.S ini sebagian besar di sebabkan oleh infeksi, maka kemudian istilah S.T.D telah di ganti menjadi S.T.I (Sexually Transmitted Infection).
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Definisi Penyakit Menular Seksual
2.      Apa Gejala PMS
3.      Bagaimana Cara penularan PMS
4.      Apa Bahaya atau Akibat PMS
5.      Tipe PMS yang umum terjadi
6.      Bagaimana Pencegahan PMS
7.      Bagaimana Penanganannya
8.      Bagaimana peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui Definisi Penyakit Menular Seksual
2.      Untuk mengetahui Gejala PMS
3.      Untuk mengetahui Bagaimana Cara penularan PMS
4.      Untuk mengetauhi Bahaya atau Akibat PMS
5.      Untuk mengetahui Tipe PMS yang umum terjadi
6.      Untuk mengetahui pencegahan PMS
7.      Untuk mengetahui penanganan dari PMS
8.      Untuk mengetahui cara bidan dalam pencegahan dan penanggulan PMN




 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan seks (oral, anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di tularkan melalui hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya HIV/AIDS, Hepatitis B
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering  “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma inguinale.
B.     Gejala PMS
a.  Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
b.  Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
c.   Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak.
d.      Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin
e.       Kemerahan di sekitar alat kelamin
f.       Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar
g.      Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi
h.      Bercak darah setelah hubungan seksual
i.        Anus gatal atau iritasi.
j.        Pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan.
k.      Nyeri di paha atau perut lebih rendah.
l.        Pendarahan pada vagina .
m.    Nyeri atau pembengkakan testis.
n.      Pembengkakan atau kemerahan dari vagina.
o.      Nyeri seks
p.      Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan
q.      Terasa sakit pada daerah pinggul (wanita)
r.        Meski tanpa gejala dapat menularkan penyakit bila tenang






C.    Cara Penularan
Penularan PMS pada umumnya adalah melalui hubungan seksual (95 %), sedangkan cara lainnya yaitu melalui transfusi darah, jarum suntik, plasenta (dari ibu kepada anak yang dikandungannya).

D.    Bahaya / akibat PMS
a.       Menimbulkan rasa sakit
b.      Infertilisasi
c.       Abortus
d.      Ca cerviks
e.       Merusak penglihatan, hati dan otak
f.       Menular pada bayi
g.      Rentan terhadap HIV/AIDS
h.      Tidak dapat disembuhkan
 i.        Kematian

E.     Peningkatan angka kejadian PMS
a.       Kontrasepsi, timbul perasaan aman tidak terjadi kehamilan
b.      Seks, bebas, norma moral yang menurun
c.       Kurangnya pemahaman tentang seksualitas dan PMS
d.      Transportasi yang makin lancar, mobilitas tinggi
e.       Urbanisasi dan pengangguran
f.       Kemiskinan
g.      Pengetahuan
h.      Pelacuran

F.  Tipe PMS yang umum terjadi
a.      Gonorhea
Penyakit ini paling banyak di jumpai di jajaran penyakit menular seksual, namun mudah di obati. Tetapi jika terlambat pengobatannya atau kurang tepat penanganannya dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, karena di jumpai 30 % - 50 % kasus dengan strain yang resistensi terhadapa pengobatan (penicillinase Producing Neisseria Gonorhoe / PPNG) dan sering infeksi terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain seperti chlamidia. Gonorea juga bisa menyerang wanita hamil dan dalam kehamilan biassanya di jumpai dalam bentuk menahun.
1)      Penyebab
-          Infeksi gonore disebabkan oleh bakteri Nisseria Gonococcus
-          Sifat bakteri
Bakteri mati dalam 1-2 jam pengeringan, bakteri mati dengan uap 550C selama 5 menit, bakteri mati dengan AgNO3 selama 2 menit.
2)      Patofisiologis
-          Laki-laki : Uretritis, prostatitis, epididimitis, orchitis, vesikulitis
-          Wanita : bartholinitis, cystitis, salfingitis
3)      Gejala
a.      Masa inkubasi 2-5 hari
b.      Gejala pada pria meliputi :
-          Masa inkubasi 2-5 hari
-          Gejala pada pria meliputi :
-          Rasa gatal dan panas di ujung kemaluan
-          Rasa sakit saat kencing dan banyak kencing
-          Keluar nanah pada ujung kemaluan kadang bercampur darah
-          Nyeri waktu ereksi
-          Komplikasi : prostatitis dapat berlanjut ke epididmitis, orchitis kemudian vesikulitis
c.       Gejala pada wanita
-          Gejala tersembunyi (carrier) karena yang terkena pertama kali adalah mulut rahim,        rasa sakit kurang, genetalia luar tenang
-          Mengeluarkan keputihan seperti nanah
-          Nyeri pada daerah punggung
-          Komplikasi : bartholinitis, dapat berlanjut ke cystitis kemudian salfingitis.
4) Therapi
a.       Pada individu dan ibu hamil diberikan salah satu antibiotika di bawah ini :
-          Ampisilin 2 gram IV dosis awal lanjutkan dengan 3x1 gram oral selama 7 hari.
-          Ampisilin + sulbaktam 2,25 gram oral dosis tunggal
-          Spektinomisin 2 gram IM dosis tungga
-          Sefriakson 500 mg IM dosis tunggal
b.      Pada masa nifas, diberikan salah satu di bawah ini :
-          Siprofloksasin 1 gram oral dosis tunggal
-          Trimethoprim + sulfamethoksazol (160 = 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal
c.       Konjungtivitis pada bayi di obati dengan garamisin tetes mata 3x2 tetes dan di berikan salah satu antibiotika di bawah ini
-          Ampisilin 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
-          Amoksisilin = asam kalvulanat 50 mg/kg BB IM selama 7 hari
 -          Sefriakson 50 mg/kg BB IM dosis tunggal
d.      Lakukan konseling tentang penggunaan metode barier dalam melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan resiko PMS terhadap ibu dan bayi (bila hamil)
e.       Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya
f.       Buat jadwal kunjungan ulang dan pastikan pesien akan menyelesaikan pengobatan sampai tuntas

b. Clamidia
Penyakit ini keerabannya sangat tinggi. Penjalaran penyakit sama dengan gonorea yaitu di mulai dari serviks ataupun uretra ke atas. Dan juga menyebabkan infertilitas serta meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Selain itu pada bayi yang lahir pervaginam dapat terinfeksi penyakit yang sama dan dapat mengalami konjungtivitis.
1)      Penyebab
a)      Infeksi ini disebabkan oleh chlamydia Tranchomatis
b)      Sifat bakteri
Infektivitas hilang pada suhu 600C selama 10 menit, pada suhu -500C sampai -700C infektivitas bertahan bertahun-tahun, infektivitas hilang oleh eter selama 30 menit atau fenol 0,5% selama 24 jam.
2)      Patofisiologis
a)      Sama dengan gonorea yaitu mulai dari serviks ataupun uretra keatas yang menyebabkan bartholinitis, uretitis, endometritis, salfingitis yang dapat mengakibatkan infertilitas.
b)      Pada kehamilan resiko meningkat karena dapat abortus, kematian janin, persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan endometritis post abortum maupun post partum.
c)      Pada bayi yang lahir pervaginam dapat mengalami konjungtivitis inklusi dalam 2 minggu pertama kehidupannya. Pneumonia dapat terjadi pada usia 3-4 bulan. Selain itu dapat terjadi otitis media, obstruksi nasal dan bronkhiolitis
3)      Gejala
a)      Masa inkubasi 1 – 4 minggu
b)      Lesi primer sama dengan papula, vesikua didaerah genital kemudian pecah menjadi ulkus dan sembuh sendiri, keluar keputihan encer berwarna putih kekuningan. Rasa terbakar saat buang air kecil.
c)      Lesi sekunder (1 minggu – 2 bulan) sama dengan limfadenitis dengan bengkak, merah, sakit dan supuratif.
d)     Pada kasusu kronis terjadi elefanfiasi genital oleh karena obstruksi saluran limfe
4)      Komplikasi
a)      Penyakit radang panggul kemungkinan kemandulan
b)      Kehamilan di luar kandungan
c)      Rasa sakit kronis di rongga panggul
d)     Infeksi mata berat
e)      Infeksi pneumonia pada bayi baru lahir
f)       Memudahkan penularan HIV
5)      Teraphy
Di berikan antibiotika sulfonomida, tetrasiklin                      
c. Herpes Genetalis
Infeksi herpes virus harmonis pada orang dewasa ringan. Walaupun demikian penyakit ini dapat menyebabkan kematian janin dan bayi. Herpes genetalis merupakan virus yang senantiasa bersifat kronik, rekuren dan dapat dikatakan sulit di obati
1)      Penyebab
Virus Herpes Simplek tipe II merupakan penyebab herpes genetalis dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva, vagina, dan serviks, yang di kenal dengan nama herpes simpleks. Di negara dengan prevalensi AIDS tinggi, herpes genetalis dihubungkan dengan kemungkinan HIV(+)
 2)      Gejala
a)      Masa inkubasi 3 – 5 hari
b)      Infeksi primer sekitar 3 minggu
c)      Lesi vasikulo ulseratif penis pada laki-laki dan serviks, vagina, vulva atau perineum pada wanita
d)     Rasa sangat nyeri
e)      Demam, disuria dan malaise
f)       Limfe denopati inguinal
g)      Gejala kambuh lagi tetapi tidak seperti senyeri pada tahap awal, biasanya hilang timbul dan menetap seumur hidup
3)      Komplikasi
a)      Rasa nyeri berasal dari syaraf
b)      Penularan pada bayi dapat terjadi karena hematogen melalui plasenta, penjalaran keatas dari vagina ke janin apabila ketuban pecah, melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir
c)      Pada kehamilan dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada bayi.
4)      Teraphy
a)      Diberikan anti virus yaitu Acyclovir
b)      Bedrest, Neurotropik dan suport stamina
c)      Persalinan dengan seksio cesarea jika terdapat perlukaan
d.      Sifilis
Penyakit ini kini agak jarang ditemukan apalagi setelah diperkenalkannya antibiotika penisilin. Penyakit ini menyerang semua organ tubuh. Dalam banyak kasus tidak diketahui bahwa seorang menderita sifilis karena kemungkinan asimptomatik cukup besar. Sifilis dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu sifilis primer (stadium I), sifilis sekunder (standium II) sifilis laten (stadium III). Penyakit sifilis yang terberat adalah sifilis kongenital.
1)      Penyebab
Infeksi sifilis ini di sebabkan oleh bakteri treponema pallida dengan sifat bakteri yaitu sukar untuk di biakan, bakteri mati pada suhu 390C selama 5 jam, bakteri mati pada suhu 41,50C selama 1 jam, bakteri mati pada suhu 400C selama 1 – 3 hari.
 2)      Patofisiologi
Dapat menyerang semua organ tubuh sehingga cairan tubuh mengandung treponema pallida. Stadium lanjut menyerang sistem kardiovaskuler, otak dan susunan syaraf, serta dapat menjadi sifilis kongenital. Penjalaran menuju janin dalam kandungan dapat menimbulkan cacat bawaan dan infeksi dini pada saat persalinan.
 3)      Gejala
a)      Stadium laten
-          Dapat terjadi 3 – 10 tahun setelah guma
-          Menyerang kardiovaskuler, otak, susunan syaraf dan organ lain

b)      Sifilis kongenital
-          Pemfigus sifilitikus, deskuaminasi pada telapak kaki dan tangan serta rhagade di kanan kiri mulut.
-          Pada persalinan tampak janin ataupu plasenta yang hidropik
 4)      Komplikasi
a)      Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
b)      Kehamilan dapat menimbulkan kelainan pada plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan licin
c)      Kehamilan <16 minggu dapat mengakibatkan kematian janin
d)     Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kehalahiran bayi prematur dan menimbulkan cacat.

5)      Teraphy
a)      Di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
-          Benzatin penisilin 4,8 juta unit IM setiap minggu hingga 4x pemberian

-          Doksisilin hingga 600 mg oral dosis awal di lanjutkan 2x 100 mg oral hingga 20 hari
-          Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
b)      Pada bayi harus benar-benar menderita sifilis dengan pemeriksaan cairan serebro spinalis dan uji serologi – benar di berikan salah satu antibiotika di bawah ini :
-          Banzatin penisilin 300 ribu unit / kg BB / mg sampai 4x pemberian
-          Sefriakson 50 mg/kg BB dosis tunggal / hari 10 hari
c)      Pastikan pengobatan lengkap dan terjadwal
d)     Pantau lesi kronik / gejala lain yang menyertai

e.        Hepatitis B
Penularan infeksi Hepatitis B di Amerika Serikat ternyata paling sering terjadi akibat hubungan seksual. Hepatitis B ini sering di jumpai pada remaja dan orang dewasa serta pada wanita hamil. Terutama dalam trimester III biasanya lebih parah, dan menyebabkan nekrosis hati yang laus dengan angka kematian maternal dan fetal yang tinggi. Janin yang di kandung dapat tertular penyakit yang sama.
1)      Penyebab
a)      Di sebabkan oleh virus hepatitis B
b)      Yang penularannya melalui darah dan produk darah yaitu bisa bisa melalui luka, kontak seksual, operasi, medikasi, infus dan injeksi serta vertika dan ibu kepada bayinya.



2)      Patofisiologi
a)      Gejala akut sering karier, ditandai dengan anoreksia, rasa mual, febris, nyeri, tekan pada perut kanan atas.
b)      Tidak di waspadai dapat berlanjut menjadi kronik
c)      Pada kehamilan gejala sering di tafsirkan sebagai hiperemesis gravidarum
d)     Diagnosa dapat di tegakan berdasarkan pemeriksaan serologik
e)      Dapat menjadi kanker hati dan menginfeksi janin pada wanita hamil

3)      Gejala
a)      Masa inkubasi 60-90 hari
b)      Gejala akut meliputi demam, nyeri tekan perut kanan atas, mual, muntah, anoreksia, dan malaise serta ikterik
c)      Gejala kronis meliputi hepatitis persisten kronik, sirosis hepatitis, hepatoma.

4)      Teraphy
a)      Bed rest
b)      Perbaikan KU
c)      Makan makanan yang mengandung protein dan kalori tinggi
d)     Pada orang yang positif terkena Hepatitis B di berikan imunisasi HBIG (Hepatitis B Immune Glugulin) dengan dosis 0,06 ml/kg BB IM dosis tunggal selama jangka waktu 14 hari setelah terpapar dan di lanjutkan dengan serial vaksin HB
e)      Pada bayi di berikan HBIG 0,05 ml IM dosis tunggal dalam 12  jam setelah lahir. Vaksinasi HB di berikan IM di mulai dalam waktu 7 hari setelah lahir, pada usia 1 bulan dan 6 bulan.

f.       HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficincy Syndrome. AIDS merupakan suatu penyakit relatif baru yang di tandai dengan adanya kelainan yang kompleks dari sistem pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap mikroorganisme oportunistik.
1)      Penyebab
HIV (Human Immonu Virus) yaitu organisme patogen yang terdapat dalam cairan tubuh (darah, air, mani, dan cairan vagian) orang yang telah terinfeksi.

2)      Penularan
a)      Kontak seksual (homo/hetero seksual) dengan seseorang pengidap per oral, per rectal, per vagina.

b)      Kontak langsung dengan darah, produk darah dan jarum suntik, transfusi darah yang mengandung virus HIV, melalui alat suntik / alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas orang yang mengidap HIV, melalui transmisi dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS kepada janin yang di kandungnya melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan / melalui ASI.

3)      Gejala
a)      Fase 1 (window period)
-          Belum ada gejala sama sekali
-          Belum bisa terdeteksi melalui tes
-          Sudah dapat menularka HIV
b)      Fase II
-          Terjadi 2 atau 5-10 tahun setekah terinveksi HIV
-          Demam
-          Pembengkakan kelenjar getah bening
-          Tes darah sudah positiv HIV
c)      Fase III (muncul gejala-gejala)
-          Flu tidak sembuh – sembuh
-          Nafsu makan berkurang dan lemah
d)     Fase IV
-          Infeksi kulit atau selaput lendir
-          Infeksi paru-paru (TB paru)
-          Infeksi usus yang menyebabkan diare parah selama berminggu-minggu
-          Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, kelumpuhan
-          Kanker kulit (khas pada penderita AIDS)

4)      Pencegahan
a)      Abstinence (tidak berhubungan seks)
b)      Be faithful (setia pada pasangan)
c)      Condom (gunakan kondom saat berhubungan seks berisiko)
d)     Drug (jangan pakai narkoba)
e)      Equipment (hati-hati! Pakai alat steril)

5)      Cara memberikan dukungan
a)      Dukungan sosial
-          Saling bertukar perasaan
-          Mendengar perasaan
-          Mendengar keinginannya
-          Memberi semangat
b)      Dukungan fisik
-          Menuruti selera makan
-          Memberikan waktu istirahat
-          Memberikan dengan selalu mengingatkan waktu, tanggal dan tempat berada
-          Memberi keyakinan keamaman

g.      Trikomoniasis
Digolongkan PMS karena sebagian besar menular melalui hubungan seksual oleh karena itu infeksi dalam lingkup keluarga perlu mendapatkan pengobatan bersama. Penyakit ini juga menginfeksi bayi yang lahir.
1)      Penyebab
Trikomoniasis adalah infeksi alat genitalia wanita / pria yang di sebabkan oleh Trichomonas Vaginalis. Penulusurannya juga bisa melalui alat-alat toilet seperti toilet seat, handuk, dll.

2)      Patofisiologi
a)      Wanita
Vagina mengeluarkan cairan keputihan bercampur nanah dan berbau khas, dinding vagina merah dan bengkak. Cairang yang keluar menimbulkan iritasi pada bengkak cairan yang keluar menimbulkan iritasi pada lipat paha samapai liang dubur. Infeksi apat terjadi dalam bentuk uretriris, skonitis, dan bartholinitis.
b)      Pria
Terjadi pada infeksi saluran kemih, infeksi kelenjar prostat dan saluran spermatozoa. Infeksi menahun sulit di tegakan karena gejala ringan.
3)      Gejala
a)      Masa inkubasi 4 hari
b)      Sekret vagina berbusa, serupurulen dengan warna kekuningan dan kuning kehijauan serta berbau khas
c)      Rasa nyeri dan gatal
d)     Dinding vagina meradang dengan infiltrasi
e)      Pada pria gejala tersembunyi

4)      Komplikasi
Kulit bibir kemaluan lecet, dapat menyebabkan bayi prematur, memudahkan penularan HIV.

5)      Teraphy
a)      Pengobatan menggunakan metronidazol per oral untuk suami dan istri
b)      Pada wanita juga di berikan obat pervaginam
c)      Pada kehamilan diberikan pada usia trimester II/III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.

h.      Condiloma akuminata
Condiloma akuminata adalah pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti bunga kol atau jengger ayam jago dengan permukaan kasar. Papiler menonjol dengan warna agak gelap berkumpul menjadi satu
1)      Penyebab
Human Papiloma Virus tipe 6 dan 11

2)      Cara penularan
a)      Kontak seksual
b)      Kontak langsung dengan kulitnya
c)      Benda – benda kontaminan seperti ; handuk, celana dalam, dll.

3)      Patofisiologi
a)    Timbulnya kutil-kutil kecil pada bibir kemaluan yang muncul dalam waktu kurang lebih 2 bulan setelah virus masuk ke tubuh
b)   Kutil-kutil tersebut dapat membesar kemudian dapat bersatu menyerupai kembang kol atau jengger ayam jago sehingga menutupi vagina dan anus.

4)      Tanda dan Gejala
a)      Masa inkubasi sekitar 2 bulan
b)      Terdapat papil kecil dan multipel pada sekitar kemaluan
c)      Permukaan kasar
d)     Berkembang menjadi besar sehingga dapat bersatu dan dapat menutupi vagina serta anus yang berakibat mengganggu proses kehamilan

5)      Komplikasi
a)      Condyloma acuminata yang sudah besar dapat menetupi jalan lahir, sehingga dengan seksio cesarea sebagai uasaha untuk mencegaha penularan Human Papiloma Virus pada bayi yang dilahirkan, selain itu jika tidak dengan tindakan SC dikhawatirkan dpat menimbulkan kanker mulut rahim.
b)      Condyloma acuminata yang sudah parah dapat menimbulkan kanker mulut rahim.


6)      Teraphy
a)   Lesi kecil dengan kauterisaasi, larutan podofilin, alkohol atau TCAA (Trichloro Acetet Acid)
b)      Lesi besar dengan pembedahan, penyinaran laser, kauterisasi.

i.        Ulkus mole / cuncroid
Ulkus mole adalah infeksi menular seksual yang di tandai dengan ulkus pada daerah genetalia di sertai dengan pembengkakan kelenjar limfe inguinal.
1)      Penyebab
Ulkus mole ini di sebabkan oleh bakteri heamophilus ducrey dengan sifat bakteri sebagai berikut bakteri mati pada suhu 500C selama 1 jam, bateri mati dengan antiseptik.

2)      Patofisiologi
a)      Setelah bakteri masuk kedalam tubuh sekitar 7 hari muncul pustuls ysng kemudian pecah dan meninggalkan ulkus yang dalam.
b)      Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya.

3)      Gejala
a)      Masa inkubasi 4-10 hari
b)      Pustulah pecah menjadi ulkus
c)      Rasa nyeri yang hebat
d)     Ulkus bersifat multipel, dala, dinding menggaung, tepi tidak rata, meradang, dasar ulkus kemerahan muda, berada dan terdapat pus.
e)      Pembesaran kelenjar limfe regional

4)      Komplikasi
a)      Jika ulkus membesar dapat menjadi Gian Chancroid
b)      Pembesaran kelenjar limfe
c)      Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya

5)      Teraphy
a)            Berikan salah satu antibiotik dibawah ini:
-          Eritromisin 4x500 mg oral selama 7 hari
-          Trimethoprim + sulfamethoksazol 2x (160+800) mg oral selama 7 hari
-          Seftriakson 500 mh IM dosis tunggal
b)           Pengobatan harus tuntas
c)            Lakukan kunjungan terjadwal untuk pemantauan dan asuhan antenatal.

j.        Candidiasiasi vaginalis
Kandidiasis vaginalis adalah inveksi yang di sebabakan oleh jamur, yang terjadi di sekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah.
1)      Penyebab
Kandidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur kandida albicans, selain di vagina dapat menyerang organ organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus, dll.
2)      Patofisiologi
a)      Keputihan denganrasa gatal yang hebat
b)      Jika tidak di obati dapat menjalar ke uretra yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih
c)      Juga bisa menjalar ke vagina proksimal (atas)
3)      Gejala
a)      Mengenai mukosa vulva (labil minora) dan vaginab)      Bercak putih kekuningan, heperemia, leukore, seperti susu pecah, dan gatal hebat.
c)      Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.

4)      Teraphy
a)      Pemberian nistatin atau ketokonazole 2x200 mg selama 5 hari
b)      Tablet vaginal atau klotrimazole 500 mg dosis tunggal
c)      Salep mikonazol 2 %
d)      Lakukan konseling
e)      Buat jadwal kunjungan ulang

G.    Pencegahan PMS
a.      Apabila belum menikah maka tidak melakukan hubungan seksual
b.      Apabila sudah menikah maka saling setia dengan pasangan
c.      Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko
d.      Menggunakan kondom untuk mencegah penularan
e.      Menjaga kebersihan alat genetalia

H.    Penanganan bagi yang terkena PMS
a.       Segera periksa ke dokter atau petugas kesehatan
b.      Jangan malu menyampaikan keluhan kepada dokter atau tenaga kesehatan
c.       Memenuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan
d.      Jangan melakukan hubungan seksual kecuali menggunakan kondom
e.       Pasangan sex sebaiknya memeriksakan diri
f.       Beritahu tentang akiba PMS yang berbahaya bagi kesehatan diri

I.       Peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
a.            Bidan sebagai role model memberikan contoh sikap yang baik pada masyarakat
b.           Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan psangan suami istri tentang kesehatan reproduksi.
c.            Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS
d.           Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat
e.            Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya PMS.

















BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Penyakit menular seksual adalah infeksi yang di tularkan dari satu orang ke orang lain saat berhubungan badan. Semua orang, pria, wanita (bahkan bahkan anak-anak) bisa tertular penyakit kelamin ini. Penyakit yang umum terjadi adalah: gonore, sifilis, herpes, HIV/Aids , Trikomoiasis.
Infeksi yang ditularkan lewat hubungan seksual, atau Penyakit kelamin menular adalah penyakit yang cara penularanyya melalui hubungan kelamin. Yang ditularkan dari satu orang ke orang lain saaat berhubungan badan. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat kelamin.yang tergolong dari penyakkit ini adalah : sifilis, gonore, ulkus mola, linfegranuloma venereum, granuloma inguinale.

B.      Saran
Setelah mengetahui beberapa pengertian penyakit menular seksual diatas, saya sebagai penulus mengharapkan agar para pembaca lebih berhati-hati terhadap penyakit ini, dan dapat mengetahui dengan jelas beberapa faktor penyebab, cara mengatasi dan cara penularanya penyakit menular sseksual. Oleh karena itu,saya sebagai penulis meminta kritik dan saranya untuk menyempurnakan makalah yang saya buat.






























DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika. Yogjakarta
Djuanda Adhi, dkk, (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta
Adobe Reader – [HIV-AIDSbooklet_part3.pdf]
Adobe Reader – [SSH-6135-IND.pdf]. chlamydia dan gonoroe